Senin, 11 Oktober 2010

Dilema Juvenil Elang Bondol Di Jaring Halus



Bukanlah hal asing bagi penduduk Sumatera memelihara burung. Bahkan piara burung sudah membudaya di antara penduduk. Hal ini bisa dilihat kebiasaan masyarakat memelihara burung di samping rumahnya. Untung saja kebanyakan jenis yang dipelihara bukan jenis yang dilindungi undang-undang di antaranya perkutut jawa (Geopelia striata), bentet kelabu (Lanius schach) dan kerak kerbau (Acridoteres javanicus). Sementara itu tidak tertutup kemungkinan jenis-jenis yang dilindungi. Jenis elang paling banyak diminati sebagai unggas piaraan, contohnya di Pulau Jaring Halus, Langkat, Sumatera Utara.


Pulau Jaring Halus berada di timur Pulau Sumatera dan berhadapan langsung dengan Selat Malaka adalah pulau sekaligus satu-satunya desa di bibir sungai Wampu, Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut. Di sini hidup berbagai jenis hidupan liar di mana daerah ini dapat digolongkan memiliki avifauna yang kaya. Awal tahun 2010 tercatat 13 individu bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) mencari makan di mudflat. Selain keunikan itu, daerah ini diketahui sebagai habitat terbaik kura-kura jenis tuntong laut (Batagur borneoensis) yang masuk dalam kategori critically endangered.


Nah, bagi sebagian penduduk mayoritas bersuku Melayu ini memelihara burung sudahlah menjadi hobi. Elang-elangan merupakan primadona burung piaraan, selain jenis-jenis lain seperti bangau tongtong, cangak abu (Ardea cinerea), cekakak (Halcyon spp) dan pelatuk (Picus spp). Elang bondol (Haliastur indus) adalah jenis paling diincar di antara jenis elang lain. Selain mudah didapatkan, elang merah ini berdaya hidup cukup kuat ketimbang yang lain.


Umumnya penghobi burung di sini mengambil langsung anak elang dari sarangnya. Elang yang dalam bahasa Inggrisnya brahminy kite ini memang sering dijumpai bersarang di antara ranting tajuk mangrove yang tinggi seperti pada pohon api-api (Avicennia spp). Sifat bersarang yang relatif terbuka memungkinkan pencari sarang dengan mudah memantau lokasi berbiak. Jika pun elang masih bertelur, penghobi akan menunggu beberapa saat menunggu anak elang hingga kuat untuk dipiara.


Menurut pengetahuan penduduk di Jaring Halus, elang bondol biasanya memiliki dua anak, kadang-kadang satu anak. Anak elang untuk sementara akan dipiara di dalam rumah. Pakannya relatif mudah diperoleh mengingat sumber mata pencaharian utama penduduk di sini adalah melaut. Ikan-ikan segar diberikan ke anak elang. Pada musim paceklik, tidak jarang anak elang diberi makan kerang-kerang kecil dari jenis salome dan remis. Dalam dunia liar, kemungkinan belum ada catatan elang makan kerang tapi jika sudah memiliki predikat satwa piaraan manusia semua kemungkinan bisa saja terjadi. Karena ini menyangkut penyambungan nyawa.


Pengamatan sederhana yang dilakukan, anak-anak elang piaraan mempunyai resiko terkena keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Di samping tubuhnya menjadi kurus, anak elang remaja yang sudah mulai berbulu kemerahan terkadang sulit untuk berdiri. Insting sebagai top predator pun nyaris tidak terlihat. Tatapan mata elangnya menjadi redup ditelan bumi. Masa-masa ini menjadi sulit. Biasanya juvenil elang ini akan mulai mengetahui takdirnya sebagai piaraan dan mencoba bangkit menjadi elang dewasa, tetapi masih dengan status jinak alias burung dalam sangkar.


Bulu putih mulai tumbuh di kepala, tawar-menawar harga pun mulai meningkat. Elang dihargai Rp 100.000,- sampai Rp 300.000,-. Suplay and demand menentukan harga di antara penghobi elang. Seringkali elang ditawar orang dari luar Pulau Jaring Halus, kalau begini, harganya melesit di atas rata-rata.


Klisenya, elang yang berstatus dilindungi nyatanya tidak terlindungi. Ini adalah cerita kecil dari desa kecil. Di luar sana, penghobi elang pasti lebih besar. Penduduk Sumatera mengapresiasi elang dengan sangat tinggi. Hanya saja caranya tidak tepat. Lain halnya dengan raptorian yang mengapresiasi elang dengan birdwatching, birdbanding dan kegiatan positif sejenisnya. Jadi, diharapkan kita semua memperkenalkan asyiknya kegiatan birdwatching ke penghobi. Agar nasib juvenil elang tersejahterakan. Nah, mari birdwatching birder!



Teks dan foto oleh Akhmad Junaedi Siregar

Anggota Tim Turtle Project WCS–IP (Medan)

Sudah pernah dimuat di website Burung Nusantara

1 komentar: