Kamis, 07 Mei 2009

Hutan Bakau Deli Serdang Tempat Persinggahan Burung Migran dan Upaya Pelestariannya


Dua miliaran tahun yang silam, bumi adalah bola tandus miskin kehidupan. Saat itu kehidupan sedikit demi sedikit berevolusi menuju kesempurnaan. Seiring dengan bergulirnya waktu, komponen biotik dan abiotik jadi sistem yang tak terpisahkan. Sekarang, sistem itu makin sempurna dan memang tak bisa diceraikan. Mereka merupakan komponen hidup dan tidak hidup. Hutan merupakan salah satu sistem yang di dalamnya terjalin jaring-jaring makanan.

Dari berbagai klasifikasi hutan, hutan mangrove merupakan vegetasi yang hidup di salinitas air yang tinggi. Keanekaragaman hayati yang terkandung di hutan mangrove Indonesia menempati angka teratas di dunia. Hutan yang mempunyai daun berkutikula tebal ini, tersebar luas di bibir pantai pulau Indonesia. Habitatnya adalah pantai yang berlumpur. Kondisi tumbuhan yang berciri khas akar-akar napas ini sangat dipengaruhi pasang surut air laut. Sehingga barisan mangrove dikenal sebagai pencegah abrasi dan instrusi tanah.

Di samping itu, mangrove merupakan tempat dari sebagian basar biota laut. Ikan-ikan laut bertelur di sini. Kepiting bakau (Scylla sp) tidak bisa hidup tanpa proteksi mangrove. Tanah gosong, habitat berbagai jenis hewan mikroskopik, kerang-kerangan, cacing, ikan dan crustacea merupakan lahan pencarian makan bagi burung air.

Salah satu fauna yang melengkapi biodiversitas ekosistem mangrove adalah burung migran. Hewan nomaden ini termasuk salah satu dari dua penggolongan burung air. Burung penetap (resident) merupakan burung-burung yang lokasi jelajahnya hanya sebatas tempat yang didiaminya. Bangau bluwok (Mycteria cinerea), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), ruak-ruak, kuntul besar, kuntul sedang, kuntul kecil dan lainnya merupakan contoh kecil burung penetap yang dijumpai di pesisir Deli Serdang, Sumatera Utara.

Berbeda dengan burung yang hidupnya selalu berpindah-pindah yakni burung migran. Dipantau dari ukuran tubuhnya burung penjelajah ini umumnya berukuran lebih kecil dari pada unggas penetap. Bagi pengamat burung, binokuler maupun monokuler menjadi alat yang sangat membantu untuk melihatnya. Aktivitas mencari makan terakumukasi di garis bibir air laut. Selalu berasosiasi hingga ribuan ekor merupakan salah satu cara pertahanan untuk menghindari predatornya.

Jelajah “turis bersayap” ini dimulai dari Rusia bagian utara. Pada musim panas di sana merupakan momen untuk melakukan reproduksi. Beberapa bulan kemudian terbang mengarah ke selatan dan singgah ke daerah tropis dengan alasan menghindari musim dingin di belahan utara. Pesisir Deli Serdang yang termasuk iklim tropis salah satu tempat yang banyak disinggahi burung migran sebelum menjelajah lagi ke Australia. Berdasarkan data yang dihasilkan dari setahun pengamatan burung air di Bagan Percut oleh BIOPALAS USU bekerjasama dengan Yayasan Akasia Indonesia yang concern terhadap keberadaan burung air ini disimpulkan bahwa populasi yang banyak dijumpai burung ini pada bulan Desember, Januari dan Februari.Dari pengamatan burung air yang dilakukan se-Asia yang dikoordinasi oleh Wetlands International - Indonesia Program melalui program Asian Waterbird Census (AWC) masih dijumpai keberadaan burung air walaupun sudah berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kali ini birdwatching dilaksanakan pada bulan Januari minggu kedua dan keempat ini di Deli Serdang di tiga lokasi pengamatan. Bagan Percut dan Paluh Getah, Pantai Labu, dan Perumahan Cemara Asri merupakan tiga lokasi yang dianggap mewakili Deli Serdang.

Dewasa ini, keberadaan burung air dunia sangat terancam. Penebangan bakau (mangrove), konversi hutan bakau menjadi tambak, perburuan liar, pencemaran daerah pesisir, pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan berkembangnya global warming yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut sehingga areal untuk mencari makan burung air jadi berkurang. Ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi keberadaan hewan berbulu itu.

Ditinjau dari potensi wisata, keberadaan burung air dan habitatnya (mangrove) ternyata dapat dijadikan sebagai paket wisata bernuansa lingkungan. Jepang misalnya, areal mangrove sudah menjadi tempat rekreasi yang menjanjikan kemajuan kepariwisataan negara sakura tersebut. Bagaimana dengan Deli Serdang, masih menunggu?

Teks dan foto oleh Akhmad Junaedi Siregar

3 komentar:

  1. Jadi pingin ke pengamatan burung pantai di Sumatera nih... hehe

    Salam kenal dari Jogja

    BalasHapus
  2. Teman sesama peburung amatir, salam kenal juga dari Medan. Jika ada info mengenai perburungan disharing ya ...

    BalasHapus
  3. lam kenal dari forester batam

    temat-teman yang sudah berpetualang di kepulauan riau dalam rangka mencari jejak burung-burung migran,tolong sharing ya jika memiliki data satwa dan tumbuhan yg ada di kepulauan riau khususnya batam,apalagi jenis burung....

    BalasHapus